Cinta yang memerdekakan. Seringkali kita temui, dengan atas nama cinta kita akan berbuat apa saja yang menurut kita baik. Namun kadang kita juga lupa, orang yang kita cintai belum tentu merasakan jika itu baik.
Atas nama cinta pula, kadangkala orang tua menciptakan alur atau jalan yang harus ditempuh oleh anak. Karena cinta, orang tua mewajibkan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai oleh anak. Yang ditakutkan, potensi anak malahan akan terkubur karena harapan-harapan dari orang tuanya. :((
Tapi, saya gak mau gitu, dong! Apa yang gak disukai anak, saya gak akan maksa. Kasian juga, kan? Anak terpaksa menurut pada orang tua padahal tidak sesuai dengan kata hatinya.
Saya percaya, jika cinta yang sehat yaitu cinta yang memerdekakan, bukan malah membuat anak merasa dipenjara. Dengan bebas melakukan yang dia sukai, semoga rasa percaya dirinya akan tumbuh, lebih inisiatif dan lebih terbuka dengan orang tua, terutama saya, ibunya.
Jadi, saat adek bilang mau berhenti les pelajaran berhitung, saya mencoba mendengarkan pendapatnya. Seingat saya, dulu dia ikut les yang satu ini, karena mengikuti kakaknya. Padahal kakaknya mengikuti les ini untuk menghadapi tes masuk SMP. Dan kakak, terlihat lebih santai mengikuti les ini karena menurut saya, kakak sudah cukup umur untuk memahami perlunya kegiatan itu demi kelulusannya.
Beberapa bulan kemudian, adek keliatan mulai jenuh dengan kegiatan di luar sekolahnya itu. Jika ada PR dari tempat lesnya, adek keliatan kurang bersemangat. Kadang urat leher saya sampai tegang, menyuruh anak bungsu saya itu untuk mengerjakan PR.
Hu..hu..hu..kasian ya, anak saya :((
Etapi.. saya juga capek, dong! Siapa pun pasti sependapat, jika marah-marah sangat menguras tenaga dan pikiran.
Anak akan merasa tertekan dan stres setiap kali mendengar ibunya meminta dia mengerjakan PR dari tempat les. Begitu pula ibunya, bisa stres ketika melihat anaknya gak nurut.
Sampai sini, saya pun harus menyadari, jika tidak harus menjadi ibu yang sempurna. Menginginkan semua anak dan aktivitas di rumah sesuai dengan keinginan. Lebih baik, saya terus belajar untuk memperbaiki diri dan mulai mengikuti apa yang diinginkan oleh anak, asalkan sesuai dengan aturannya.
Di saat ibu dan anak bersikukuh dengan pendapatnya, suasana rumah pun bisa jadi kurang sehat. Well, alangkah baiknya jika suasana rumah dipenuhi dengan tawa canda seisi rumahnya, bukan?
Nah, gak mau melihat anakdan saya semakin stres, lebih baik saya tanyakan langsung ke anaknya, apa yang dia inginkan. Lesnya masih mau dilanjut atau gak? Dan ternyata, adek memang sudah ingin mengakhiri semua yang membebaninya itu. #weits bahasanya hi..hi..
Anak lelaki saya ini merupakan tipe kinestetik. Gaya belajarnya gak bisa diem, misalnya ketika membaca buku, kaki atau tangannya seringkali bergerak-gerak.
Mengikuti kegiatan futsal, saya harap bisa mengalihkan energi geraknya. Jadi, energinya bisa tersalurkan. Semoga.
Kami sepakat, jika potensi anak harus terus diasah, untuk mendampingi pelajaran di sekolahnya. Biarlah anak menjadi cerdas dan bukan hanya pintar. Berdasarkan pengalaman kami, banyak teman yang memiliki nilai tinggi sewaktu di sekolahnya, tidak menjadi siapa-siapa ketika dewasa.
Sedangkan teman yang pandai bergaul, tekun, pantang menyerah serta dapat melihat peluang, bisa berhasil di masa tuanya.
Keputusan kami, menjadi pintar itu memang perlu, namun sebaiknya diimbangi pula dengan sikap positif lainnya. Misalnya, memiliki keahlian, dapat bekerja sama dengan orang lain, jujur, pantang menyerah, pandai mencari peluang dan sikap positif lainnya.
Atas nama cinta pula, kadangkala orang tua menciptakan alur atau jalan yang harus ditempuh oleh anak. Karena cinta, orang tua mewajibkan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai oleh anak. Yang ditakutkan, potensi anak malahan akan terkubur karena harapan-harapan dari orang tuanya. :((
Tapi, saya gak mau gitu, dong! Apa yang gak disukai anak, saya gak akan maksa. Kasian juga, kan? Anak terpaksa menurut pada orang tua padahal tidak sesuai dengan kata hatinya.
Saya percaya, jika cinta yang sehat yaitu cinta yang memerdekakan, bukan malah membuat anak merasa dipenjara. Dengan bebas melakukan yang dia sukai, semoga rasa percaya dirinya akan tumbuh, lebih inisiatif dan lebih terbuka dengan orang tua, terutama saya, ibunya.
Jadi, saat adek bilang mau berhenti les pelajaran berhitung, saya mencoba mendengarkan pendapatnya. Seingat saya, dulu dia ikut les yang satu ini, karena mengikuti kakaknya. Padahal kakaknya mengikuti les ini untuk menghadapi tes masuk SMP. Dan kakak, terlihat lebih santai mengikuti les ini karena menurut saya, kakak sudah cukup umur untuk memahami perlunya kegiatan itu demi kelulusannya.
Beberapa bulan kemudian, adek keliatan mulai jenuh dengan kegiatan di luar sekolahnya itu. Jika ada PR dari tempat lesnya, adek keliatan kurang bersemangat. Kadang urat leher saya sampai tegang, menyuruh anak bungsu saya itu untuk mengerjakan PR.
Hu..hu..hu..kasian ya, anak saya :((
Etapi.. saya juga capek, dong! Siapa pun pasti sependapat, jika marah-marah sangat menguras tenaga dan pikiran.
Anak akan merasa tertekan dan stres setiap kali mendengar ibunya meminta dia mengerjakan PR dari tempat les. Begitu pula ibunya, bisa stres ketika melihat anaknya gak nurut.
Sampai sini, saya pun harus menyadari, jika tidak harus menjadi ibu yang sempurna. Menginginkan semua anak dan aktivitas di rumah sesuai dengan keinginan. Lebih baik, saya terus belajar untuk memperbaiki diri dan mulai mengikuti apa yang diinginkan oleh anak, asalkan sesuai dengan aturannya.
Di saat ibu dan anak bersikukuh dengan pendapatnya, suasana rumah pun bisa jadi kurang sehat. Well, alangkah baiknya jika suasana rumah dipenuhi dengan tawa canda seisi rumahnya, bukan?
Nah, gak mau melihat anak
"Di sekolah udah belajar, di tempat les harus belajar lagi, capek otaknya, Bu!" kata adek. "Adek maunya ikut latihan futsal aja, ya. Boleh, kan, Bu?" katanya kemudian.Mendengar hal itu, saya pun berdiskusi dengan ayahnya. Dan ternyata sang ayah pun tidak keberatan dengan keinginan anaknya. Menurut beliau, lebih baik, anak mengikuti sebuah kegiatan tambahan selain yang diajarkan sekolah. Atau mengikuti kegiatan, yang bisa mengasah bakat dan potensi anak.
Anak lelaki saya ini merupakan tipe kinestetik. Gaya belajarnya gak bisa diem, misalnya ketika membaca buku, kaki atau tangannya seringkali bergerak-gerak.
Mengikuti kegiatan futsal, saya harap bisa mengalihkan energi geraknya. Jadi, energinya bisa tersalurkan. Semoga.
Semangat menuju tempat berlatih futsal :) |
Sedangkan teman yang pandai bergaul, tekun, pantang menyerah serta dapat melihat peluang, bisa berhasil di masa tuanya.
Keputusan kami, menjadi pintar itu memang perlu, namun sebaiknya diimbangi pula dengan sikap positif lainnya. Misalnya, memiliki keahlian, dapat bekerja sama dengan orang lain, jujur, pantang menyerah, pandai mencari peluang dan sikap positif lainnya.
Percayalah, cinta itu saling menguatkan. Terkadang kita dapat menemukan keputusan yang terbaik atas dasar cinta. Jika menerapkan cinta yang memerdekakan, anak akan selalu ingin mencoba banyak hal tanpa takut dimarahi karena berbuat salah.
Semoga ini pilihan yang terbaik dan adek bisa terus mengembangkan bakat serta hobinya ya... aamiin..aamiin..aamiin..
Persiapan untuk latihan futsal |
36 Comments
Kudu ada omongan dr hati ke hati.... mgkn bakat si adek tuh di futsal
ReplyDeleteIya, mbak..mudah-mudahan bakatnya bisa dikembangkan :))
DeleteBetul mbak..tapi kalo ngomel ga abis-abis, capek juga ya..hi..hi..
Delete
ReplyDeleteSungguh beruntung sekali adek punya ibuk seperti mbak, yang tak ingin menjadi mesin penghancur bakat seorang anak. Hhee
Salut sama ambak.e ^_^
He..he..makasih mbak. Karena bakat itu memang harus dikembangkan ya, kan?
DeleteApapun pilihan ade tetap harus jadi anak baik, dan tugas Mba Nurul mendukungnya. semangat Mba Nurul, salam kenal ^^
ReplyDeleteYup,tetap harus mendukung agar adek bisa jadi anak yang baik, mbak.
DeleteSalam kenal juga mbak, terima kasih sudah berkunjung :)
sebagai orang tua bijak emang seharusnya lebih bisa memahami dan mendengarkan apa yang menurut anak menjadi support aktivitasnya ya,mbak.Enggak melulu harus ini itu sesuai pakem orang tua jaman lalu :)
ReplyDeleteYa, mbak. Sedang berusaha belajar untuk bijak he..he..
DeleteSupaya gak meneruskan pakem orang tua zaman dulu.
Iya, karena bakat itu bukan takdir. Dan bagus sekali karena masih dikomunikasikan sama anak apa2 aja keluhannya
ReplyDeleteKomunikasi memang penting ya mbak :) terima kasih sudah berkunjung ya..
DeleteTerimakasih sharingnya mba. Sypun sedang membesarkan bayi laki-laki, bs belajar banyak dr tulisan mba :')
ReplyDeleteSemoga dede bayinya sehat selalu dan tumbuh kembangnya baik ya..
DeleteTerima kasih sudah berkunjung mbak.
Anak saya baru 3 tahun tapi saya mulai belajar menghargai pilihannya. Karena anak jaman sekarang kalau dipaksa menuruti pilihan orang tua biasanya malah akan berontak.
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya Mbak :)
Betul mbak, daripada mereka berontak dan menjadi tidak dekat dengan orang tua, lebih baik kita belajar menghargai pilihan mereka.
DeleteSetuju banget sama Cinta yang Memerdekakan ini :) Ayo semangat futsalnya ya Adek!
ReplyDeleteTerima kasih suntikan semangatnya, Tante Adriana :)
Deletesaya juga kadang berbeda pikiran dengan anak Mbak, tapi kalo sudah melihat wajah murungnya, biasanya saya akan luluh dan mengikuti keinginannya..
ReplyDeleteIya ya mbak...kalo ngeliat mereka, kadang membuat hati luluh..hu..hu.. gak tega. :)
DeleteMemang diperlukan suatu kominaksi yang efektif antara anak dan orang tua, harus ada pengertian yang lebih bijak dari orang tua terhadap keinginan anaknya, anak adalah kertas putih, jadi orang tua harus hati-hati dalam memolesnya :) terima kasih sharing nya mba, bekal bagus untuk calon ibu ^^
ReplyDeleteBetul. anak itu ibarat kertas yang kosong dan siap di tulis dengan tinta apapu oleh orang tuanya. Oleh karena itu kita memang harus lebih hati-hati ya..
Deletenaaahhhh ini ibu yang kusuka. lup yu mom. kalo semua ibu kayak gini, gakkan ada anak stres. pendidikan jg bakalan maju. multikecerdasan. lanjoootkan emak hehehe...
ReplyDeleteLup yu to mbak...:) makasih kunjungannya..
Deletedukung terus bakat ade... selama itu positif ... salam sukses... ;)
ReplyDeleteBetul...betul..betul selama itu positif, harus didukung ya..
Deletebaru tahu kalo tempat les malah memberi PR. Jamanku dulu masih ngajar privat kok malah membantu anak belajar memecahkan PR dari sekolah ya.. hehe padahal aslinya guru privatnya kehabisan materi :D
ReplyDeleteIya mbak, biasanya kalo les privat malah membantu anak mengerjakan PR dari sekolah ya.. :))
DeleteSaya ingin sekali istiqomah memegang prinsip cinta yang memerdekakan anak, mbak. Kita mungkin tahu apa yang terbaik bagi anak, tetapi belum tentu anak paham dengan maksud kita.
ReplyDeleteBetul mbak, sering kali anak malah gak paham dengan maksud kita. Sepertinya harus lebih banyak berkomunikasi, ya mbak :)
DeleteAku harus nyoba praktekin ini juga deh kayanya. :) Kadang sering bingung antara kesukaannya dan saya. :D
ReplyDeleteWah bun kalau masalah futsal saya bisa kok ajarin si adik main futsal supaya jago.
ReplyDeleteHi..hi..asik nih, dapet guru gratis :)
DeleteSalut sama Mbak Nurul. Bisa memahami keinginan anak.
ReplyDeleteDulu ada siswa di lembaga tempat sy kerja, 6 hari penuh les ini itu. Sehari bisa dua les. Kebanyakan les pelajaran. Dia keluar sekolah jam 2. Langsung ke bimbel kami, ikut dua kursus sekaligus. Pulang jam 6 sore. Kami guru2nya di bimbel jadi kasihan. Anaknya jadi kurang waktu untuk bermain.
Ya mba, kasian kalo kebanyakan les, kapan waktu mainnya ya? Padahal masa anak-anak merupakan masa bermain, bukan?
DeleteMbak nurul salam kenal. Anak saya masih TK, tapi saya cita2nya malah pengen untuk tidak mengikutsertakan dia di aneka les waktu SD nanti. Kasian, sudah beban belajar wajib harian di kelas banyak, ditambah les ini itu. Semampu otaknya dia aja, gak mau maksa. Saya pernah nulis soal ini juga di blog saya. Oiya, saya tertarik sama anak kinestetik. Anak kita sama, gak bisa diem. Tangan kakinya gerak terus even kalo pas belajar. Dan ekskulnya juga sama2 futsal, hehe :)
ReplyDeleteSalam kenal juga mba Imelda :)
DeleteTernyata anak kita sama ya.. sama-sama gak bisa diem hi..hi..
Dan penyalurannya pun sama, bermain futsal. Wah..toss mba!
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^