Ketika seorang wanita dewasa telah memutuskan untuk berumah tangga maka prioritas utamanya adalah keluarganya. Sudah menjadi kodrat perempuan jika dia harus bisa menjalani perannya sebagai istri dan seorang ibu. Tapi peran tersebut bukan berarti membuat perempuan selalu tenggelam diantara setumpuk pekerjaan sebagai istri, ibu dan bahkan sebagai perempuan pekerja. Haruskah ritme peranannya tersebut membuat hari-harinya bergerak statis?
Bukankah lebih baik jika keseharian seorang perempuan bergerak ritmis dan dinamis? Sudah bukan zamannya lagi perempuan seolah-olah terpenjara oleh status dan kesibukannya sehari-hari. Tanpa bisa mendapat makna yang berarti dari semua yang dilakukannya sehingga menghasilkan manfaat bagi keluarga, masyarakat, atau setidaknya bermanfaat untuk dirinya sendiri
Setidaknya wacana tersebut berulangkali dikemukakan oleh wanita yang telah melahirkan saya ke dunia ini. Beliau selalu berpesan agar saya selalu bisa terus meng-upgrade diri, meskipun memilih tidak bekerja di kantoran.
Beberapa tahun yang lalu akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari tempat bekerja yang telah memberi saya kenyamanan finansial selama 9 tahun. Keterbatasan pengasuh anak yang ada di sekitar tempat saya dulu, membuat saya tidak bisa meminta bantuan orang lain untuk mengasuh anak-anak.
Alhamdulillah keputusan saya untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuh waktu, didukung oleh suami dan orangtua. Mereka melihat tidak ada yang salah jika seorang sarjana memutuskan untuk mengasuh anaknya sendiri. Toh, ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah, masih bisa digunakan untuk mendidik buah hati.
Namun bukan berarti ketika saya memutuskan untuk menggunakan hampir sebagian besar waktu saya di rumah, saya tidak bisa bergerak dinamis. Saya perlu aktualisasi diri. Saya tetap membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang luas. Dan setidaknya perlu mengasah pikiran agar otak tidak beku. Saya harus belajar lagi! Itu yang ada di pikiran saya setelah beberapa bulan berhenti dari tempat bekerja.
Dan secara kebetulan, saya membaca sebuah tabloid wanita saat menunggu anak lelaki saya di sebuah tempat kursus. Dalam tabloid tersebut ada sebuah artikel yang sangat menarik. Informasi tentang sepak terjang seorang wanita yang masih muda.
Dari artikel tersebut, saya mengenal sosok Indari Mastuti. Seorang perempuan muda yang memiliki visi ingin memajukan perempuan lain. Beliau mendirikan komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis). Yang kemudian mendirikan juga komunitas Emak Pintar dan Sekolah Perempuan.
Karena senang menulis, maka saya memutuskan untuk ikut bergabung di komunitas IIDN. Bergabung bersama perempuan-perempuan lain yang memiliki hobi sama. Di sana saya bisa mendapatkan banyak ilmu baru. Tidak hanya pengetahuan tentang kepenulisan, saya juga banyak mendapatkan ilmu cara mendidik anak. Loh, komunitas menulis, tapi ada ilmu parentingnya, pula?
Tentu saja! Karena di sana tempat berkumpulnya para ibu, yang memiliki kodrat sebagai seorang istri dan ibu. Perbincangan seputar pengasuhan pun terkadang muncul disela-sela perbincangan seputar kepenulisan.
Aktivitas saya di komunitas menambah banyak pengetahuan dan pengalaman. Saya bisa tetap bergerak ritmis dan dinamis. Berbekal pertemanan tersebut akhirnya saya bisa melahirkan dua buku antologi dengan tema perempuan dan dua buku anak.
Aktivitas yang ada di IIDN tidak terlepas dari edukasi dari Teh Iin, panggilan akrab Indari Mastuti. Beliau setiap hari selalu memberikan motivasi kepada kami, perempuan-perempuan yang ada di komunitasnya. Namun dorongan dan dukungan yang beliau suntikan, tidak hanya yang seputar kepenulisan saja. Kamijuga sering mendapatkan sharing seputar bisnis pula.
Pada awalnya saya hanya fokus di komunitas penulis saja. Belum tertarik dengan ilmu bisnis, berdasarkan minat saya yaitu seputar kepenulisan. Tapi seperti batu yang lama-lama bisa terkikis oleh tetesan air, lama-lama perhatian saya pun mulai bergeser. Motivasi Teh Indari yang diberikan untuk para pebisnis perempuan, lama-lama membuat saya tertarik. Tidak ada salahnya kalau saya juga belajar berbisnis, bukan?
Ketertarikan saya membuat aktivitas perbincangan, diskusi serta etika jual beli di komunitas IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis) menjadi lebih diperhatikan oleh saya.
Bahkan ketika ada acara kopdar, saya pun tertarik untuk mengikutinya. Bagi saya ini kesempatan untuk lebih mengenal ibu-ibu pebisnis dan mencari ilmu dari mereka.
Akhirnya di Bulan Agustus lalu, Emak Pintar Bandung mengadakan kopdar di Kafe Rumah Jingga. Seperti namanya, rumah makan yang terletak di daerah Arcamanik Bandung itu, menampilkan banyak warna jingga pada desain interiornya.
Beberapa tahun yang lalu akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari tempat bekerja yang telah memberi saya kenyamanan finansial selama 9 tahun. Keterbatasan pengasuh anak yang ada di sekitar tempat saya dulu, membuat saya tidak bisa meminta bantuan orang lain untuk mengasuh anak-anak.
Alhamdulillah keputusan saya untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuh waktu, didukung oleh suami dan orangtua. Mereka melihat tidak ada yang salah jika seorang sarjana memutuskan untuk mengasuh anaknya sendiri. Toh, ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah, masih bisa digunakan untuk mendidik buah hati.
Namun bukan berarti ketika saya memutuskan untuk menggunakan hampir sebagian besar waktu saya di rumah, saya tidak bisa bergerak dinamis. Saya perlu aktualisasi diri. Saya tetap membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang luas. Dan setidaknya perlu mengasah pikiran agar otak tidak beku. Saya harus belajar lagi! Itu yang ada di pikiran saya setelah beberapa bulan berhenti dari tempat bekerja.
Dan secara kebetulan, saya membaca sebuah tabloid wanita saat menunggu anak lelaki saya di sebuah tempat kursus. Dalam tabloid tersebut ada sebuah artikel yang sangat menarik. Informasi tentang sepak terjang seorang wanita yang masih muda.
Dari artikel tersebut, saya mengenal sosok Indari Mastuti. Seorang perempuan muda yang memiliki visi ingin memajukan perempuan lain. Beliau mendirikan komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis). Yang kemudian mendirikan juga komunitas Emak Pintar dan Sekolah Perempuan.
Karena senang menulis, maka saya memutuskan untuk ikut bergabung di komunitas IIDN. Bergabung bersama perempuan-perempuan lain yang memiliki hobi sama. Di sana saya bisa mendapatkan banyak ilmu baru. Tidak hanya pengetahuan tentang kepenulisan, saya juga banyak mendapatkan ilmu cara mendidik anak. Loh, komunitas menulis, tapi ada ilmu parentingnya, pula?
Tentu saja! Karena di sana tempat berkumpulnya para ibu, yang memiliki kodrat sebagai seorang istri dan ibu. Perbincangan seputar pengasuhan pun terkadang muncul disela-sela perbincangan seputar kepenulisan.
Aktivitas saya di komunitas menambah banyak pengetahuan dan pengalaman. Saya bisa tetap bergerak ritmis dan dinamis. Berbekal pertemanan tersebut akhirnya saya bisa melahirkan dua buku antologi dengan tema perempuan dan dua buku anak.
Aktivitas yang ada di IIDN tidak terlepas dari edukasi dari Teh Iin, panggilan akrab Indari Mastuti. Beliau setiap hari selalu memberikan motivasi kepada kami, perempuan-perempuan yang ada di komunitasnya. Namun dorongan dan dukungan yang beliau suntikan, tidak hanya yang seputar kepenulisan saja. Kamijuga sering mendapatkan sharing seputar bisnis pula.
Pada awalnya saya hanya fokus di komunitas penulis saja. Belum tertarik dengan ilmu bisnis, berdasarkan minat saya yaitu seputar kepenulisan. Tapi seperti batu yang lama-lama bisa terkikis oleh tetesan air, lama-lama perhatian saya pun mulai bergeser. Motivasi Teh Indari yang diberikan untuk para pebisnis perempuan, lama-lama membuat saya tertarik. Tidak ada salahnya kalau saya juga belajar berbisnis, bukan?
Ketertarikan saya membuat aktivitas perbincangan, diskusi serta etika jual beli di komunitas IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis) menjadi lebih diperhatikan oleh saya.
Bahkan ketika ada acara kopdar, saya pun tertarik untuk mengikutinya. Bagi saya ini kesempatan untuk lebih mengenal ibu-ibu pebisnis dan mencari ilmu dari mereka.
Akhirnya di Bulan Agustus lalu, Emak Pintar Bandung mengadakan kopdar di Kafe Rumah Jingga. Seperti namanya, rumah makan yang terletak di daerah Arcamanik Bandung itu, menampilkan banyak warna jingga pada desain interiornya.
Oh,iya, scara kopdar yang rutin diadakan setiap bulan itu, tidak hanya sekedar ajang berkumpul saja. Di setiap kesempatan pertemuan, ada sharing bisnis pula yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bisnis dari anggotanya.
Saya kagum pada para perempuan yang kemarin hadir di acara kopdar Emak Pintar Bandung. Di sela-sela aktivitas mereka mengurus anak dan suami, para ibu itu bisa menjalankan bisnis mereka dari rumah.
Beberapa diantaranya telah menghasilkan omset ratusan juta, setiap bulannya. Sungguh luar biasa sepak terjang mereka. Meskipun lebih sering berada di dalam rumah, tapi mereka bisa menghasilkan pendapatan ratusan juta rupiah. Ini membuktikan ketika mereka selalu berada di dalam rumah, tidak berarti perempuan bergerak statis, bukan?
Nyatanya mereka bisa berpenghasilan dari dalam rumah serta tanpa meninggalkan anak dan suaminya.
Selain pengalaman mereka yang bisa saya ambil pelajaran, saya juga bisa mendapatkan ilmu tentang pemasaran melalui facebook. Berjualan produk tanpa harus mengeluarkan biaya iklan. Teh Fenny, selaku kapten Emak Pintar Bandung, berkesempatan membagikan pengalamannya menghasilkan uang dari status di facebook.
Tidak hanya dari Teh Fenny, ibu-ibu yang hadir di kafe Rumah Jingga juga bisa mendapatkan ilmu mengoptimalkan instagram sebagai wadah melakukan pemasaran produk mereka dari Teh Cicah Masy'adah. Ibu muda yang merupakan ketua umum IIDN tersebut, membagikan pengalamannya berbisnis melalui media instagram.
Pebisnis baju batik pria itu memotivasi jika semua perempuan pasti bisa berpenghasilan, selalu bisa bergerak dinamis di sela-sela tumpukan aktivitasnya sehari-hari.
Saya beruntung bisa hadir di acara kopdar EPB awal Agustus lalu. Bisa mengenal sosok-sosok yang tangguh, perempuan yang senang mencari ilmu dan mereka yang bisa mandiri dengan penghasilannya.
Selain itu, saya juga sedikitnya bisa tahu, bagaimana dunia bisnis dan liku-liku yang ada di dalamnya.
Semoga saja, di pertemuan berikutnya saya bisa mendapatkan lebih banyak ilmu lagi, lebih banyak menambah perkenalan lagi, dan semoga saja bisa juga berbisnis dari minat saya, yaitu tulisan.
Sesuai pesan perempuan yang telah melahirkan saya, sebagai perempuan yang kodratnya merawat suami dan anak, keinginan untuk lebih maju dan untuk lebih berkembang, perlu ditingkatkan meskipun dilakukan dari dalam rumah.
Karena bukan zamannya lagi, perempuan hanya bergerak statis dalam kesehariannya, bukan?
Bagaimana menurut teman-teman? Haruskah perempuan yang memutuskan untuk meluangkan waktunya di dalam rumah, bergerak ritmis dan dinamis?
34 Comments
Betu sekali, Mbak. :D Menurutku yang terpenting, kalau kewajiban kita yang pokok untuk rumah tangga bisa dihandle dengan pekerjaan lain, kenapa tidak?
ReplyDeleteAsalkan bisa mengatur waktu ya, mbak :)
DeleteAcara yang super seru dan asyik. Bisa menambah edukasi untuk ibu2.
ReplyDeleteIya Mbak..acaranya seruu..!
DeleteSalut dengan pengalamannya, Mbak..
ReplyDeleteKomunitas memang berperan penting, antara lain sebagai sumber motivasi, agar kita senantiasa bergerak dinamis tanpa melupakan kodrat diri.
Betul, tetap beraktivitas tanpa kita lupa dengam kodrat diri sebagai perempuan
DeleteIya benar Mba, saya juga sering denger nama beliau. Semoga kita sebagai perempuan slalu bisa memberi manfaat untuk orang2 sekitar kita agar hidup kita semakin bermakna
ReplyDeleteBeliau memang menginspirasi ya...
DeleteIya bener, apalagi untuk jaman sekarang udah nggak jaman atau malah ibu saya aja nggak betah kalo di rumah mulu, maunya kerja cari penghasilan tambahan dan gabung di komunitas juga, selama semuanya bisa imbang dan memberi edukasi terus menerus pada perempuan kenapa enggak? :D
ReplyDeleteBetul Mbak, selama bisa seimbang, kita bsa terus bergerak dinamis ya...
DeleteSenengnya saat bs ketemu dg org2 yg hobinya sama dan bs berbagi ilmu. Perempuan bekerja oke, jd IRT gak masalah. Gaul? Tetep dong. Jgn jd pingitan terus
ReplyDeleteKalau pingitan terus, takutnya otaknya jadi beku, betul, gak? :))
Deletemau bilang: mbak, ajak-ajak donk kalu ada acara, tapi gak bisa :'(
ReplyDeleteYang saya iri dari komunitas tulis adalah: gak ada komunitas bapak-bapak nulis, kalau enggak emak blogger, ya ibu-ibu nulis.
mana emansipasinya kalau begitu :'(
btw, buku anakku bukan anakku itu yang pernah difilmkan bukan, ya? atau sinetron?
Kak Dhika yang buat komunitas bapak-bapak nulis, atuuh...kan seru ada komunitasnya :)
DeleteBuku kami belum difilmkan Kak, mungkin hanya kesamaan dari judulnya saja.
Menyandang status tidak bekerja di kantor sempat membuat telinga aku gatal, Mbak. Aku dari awal menikah memutuskan untuk di rumah. Aku tahu ada banyak yang bisa aku lakukan dengan dari rumah. Di rumah bukan berarti tidak bisa mengembangkan diri atau pun menghasilkan. Alhamdulillah suami mendukung, karena prinsip dia selama aku bahagia apa pun boleh.
ReplyDeleteSayangnya hal ini berbeda dengan ibuku yang memang terbiasa bekerja di luar rumah.
Senang ya, kalau suami mendukung, bisa mengerti kalau mengembangkan diri tidak harus selalu keluar rumah :)
DeleteAku mau ikutan jugaaaa....jauh di Bandung sana tapi ya. Kan kalau kumpul dengan komunitas kece gitu Kita bisa ikutan kece.
ReplyDeleteBekerja dari rumah, suami, anak dan rumah terurus dg baik, penghasilan besar. Siapa yg ga mau coba ah
*Jadi mupeng banget lah ini mbak
Mbak Zefy tinggal dimana? Komunitas besutan Teh Indari tersebar di seluruh Indonesia, loh!
DeleteSeandainya banyak ibu ibu rumah tangga yg bisa produktif menulis bagus banget nih gerakan ibu ibu sosial media.
ReplyDeleteKita harus semangat membangun itu semua biar tidak ada ibu ibu yg pengangguran hehe
Makasih atas dukungannya Mas Dikki :))
DeleteHawuuuuuh keren banget aih ibu2 jaman sekarang. Melek digital, melek lingkungan, jadinya nggak kaku, nggak tergerus masa dan keadaan
ReplyDeleteKeceh banget. Tetap bisa memprioritaskan keluarga, dengan kerjaan yg masih stabil dan bisa dikendalikan
Al
Btw, aku nanti gimana ya??? Hmmm ortu mewajibkan jadi pns, padahal aku pengen di rumah aja, ngeblog gitu, hahaha.... Sambil nemenin suami dagang, liat anak main....aih senangnyaaaah
Zaman sekarang, kalau gak melek digital atau melek lingkungan, bakalan ketinggalan, mbak...
DeleteApalagi kalau anak-anak kita sudah besar. Jangan sampai mereka lebih lihai dari orang tuanya ya..hihihi
Keren banget acaranya. Bikin kita terus produktif walau tidak bekerja. Ajakin dong, Mbak. Hehe
ReplyDeleteHayuuk Teh...ikutan gabung :)
DeleteIIDN ini yang ketuanya Mbak Wid bukan sih Mbak?
ReplyDeleteBenar2 komunitas kerenn yah..
Jadi IRT itu oekerjaan yg susahh, salut sama Mbak yang bisa menghasilkan karya di sela jadwal RT yg oadat.
Sukses terus Mbakk
Iya Kak Ajen, ketuanya mbak Wid...
DeleteSusah-susah gampang, jadi IRT itu Tapi dinikmati aja ...hihihi
Menurut saya, setelah menikah, bagaimana jadinya perempuan, terletak di tangan suaminya.
ReplyDeleteSaya punya teman yang sangat potensial sekali minat dan bakatnya. Namun apa mau dikata, saat meminta ijin kepada suami untuk mengembangkan minatnya tersebut, suaminya tidak mendukung.
Jadilah sang istri hanya berkutat di dunia kerumah tanggaan yang membosankan.
Alhamdulillah jika dianugerahi pasangan yang ingin melihat istrinya maju dan berkembang juga.
Karena semua kegiatan istri bergantung pada restu suami, dan memang beruntung yang punya suami pengertian ya, Teh...
DeleteAku kok jadi penasaran sama sosok Indari Masturi ini mbak. Secara aku udah sering dengar tentang IIDN, tapi tau tentang mbak Indari Masturi ini. Beliau kece banget sepertinya.
ReplyDeleteaku mbak.. aku jg member iidn xxixixi tp yang ga aktif.. ahay jadi malu..
ReplyDeleteeh tapi aku setuju.. ibu rumah tangga sekarang mah aktif aktif..
aku jg sejak 2013 berhenti kerja kantoran dan buka kantor sendiri di rumah, sbgi ibu rumah tangga.. hahaah tp aku jg online shop sih, ya kecil kecilan masih.. cuma lumayan jg hasilnya..
aku jg punya banyak hobi, jd kalau diam dirumah jg ga ngebosen bosenin amat.. pokoknya sbgi perempuan kita memang harus byk belajar menambah skill biar ga cuma jd irt tok tp ada plus plusnya.. setuju banget dah
Aku pribadi gak ingin kerja kantoran. Penginnya punya usaha sendiri. Apalagi setelah nikah. Apalagi setelah punya anak. Udah ngerasa nyaman dengan apa yang aku kerjakan sekarang. Kelihatannya gak ngapa-ngapain, tapi bisa tetap nabung pundi-pundi di rekening. Harapannya pengin ngembangin itu supaya jadi lebih tampak dan lebih besar lagi. Rencana udah ada, tinggal eksekusinya aja. Iyalah, perempuan gak bergerak statis walaupun tampaknya gitu-gitu aja. Keren nih Teh Iin bikin IIDN dan IIDB biar makin memperlihatkan apa yang bisa dilakukan perempuan.
ReplyDeleteYup. Baiknya negeri ini jika para wanitanya baik juga. Mantap bu. Tetap semangat.
ReplyDeleteBegini nih yang keren .ngumpulnya berkualitas. Daripada arisan...dress code trus foto foto hehehe .
ReplyDeleteIbu ibu sekarang udah pada smart ya
Betuuul.. apalagi pesatnya perkembangan teknologi saat ini, mudah banget untuk "bergerak". Jadikan aktivitas kita wasilah atas kepantasan hasil yang besar.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^